Notification

×

Iklan

Iklan

Sebuah Catatan Perjalanan Meraih Impian Menjadi Dokter

Kamis, 16 April 2020 | 15:59 WIB Last Updated 2020-09-09T01:09:26Z
dr. Amelia F. Manatar (Dok. AM)

Asalkan kita punya tekad dan motivasi yang kuat dalam diri untuk terus maju dan berkembang, serta selalu bersyukur dengan apa yang kita miliki dan sekeliling kita, maka kita tidak akan kalah dengan keadaan. Hal tersebut menjadikan kita tidak menyerah dan minder dengan keadaan/status dari daerah mana kita berasal (kepulauan, dll) kita sama-sama punya hak yang sama untuk berkembang dan belajar. 

Tahun 2009 adalah tahun dimana saya merasakan penyertaan, pembelaan dan mujizat Tuhan bagi saya dan keluarga saya. Sejak awal memulai perencanaan kuliah, melanjutkan studi di bidang kedokteran sebenarnya muncul karena cetusan/keinginan beberapa anggota keluarga sehingga saya terus didorong untuk mewujudkan harapan tersebut. 

Memang tidak ada yang kebetulan, di tahun tersebut menjelang pengumuman kelulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan persiapan masuk perguruan tinggi, Papa kami yang terkasih (almarhum) mengalami stroke perdarahan di otaknya sehingga mengakibatkan kelumpuhan. Tuhan sungguh baik, rencanaNya tidak ada yang gagal. 

Berangkat dari apa yang dialami keluarga kami saat itu, mulai timbul motivasi dan dorongan bagi saya untuk menjadi orang yang bisa merawat dan mengobati Papa kami sendiri dengan menjadi seorang dokter.

Ketika sudah mulai menemukan motivasi dan tujuan, maka saya mulai menjalani hari-hari saya selanjutnya dengan dukungan penuh keluarga besar. 

Dengan persiapan yang tidak banyak waktu itu, saya berdoa dan mencoba memaksimalkan waktu yang ada mengisinya dengan mencari referensi soal-soal masuk perguruan tinggi negeri lewat internet. Saya memilih Universitas Sam Ratulangi Manado sebagai tempat untuk melanjutkan studi.

Sempat minder awalnya karena yang mengikuti tes kedokteran di tahun 2009 waktu itu mencapai ribuan orang dan untuk Tes Lokal (T2) hanya membutuhkan 90 orang mahasiswa untuk diterima. Saya memiliki prinsip sejak di bangku sekolah SMA bahwa tidak peduli dengan keadaan, keterbatasan dan sekolah mana kamu berasal, seberapa lengkap fasilitasnya, dan berbagai faktor lainnya yang ada di sekolah tersebut asalkan kita punya tekad dan motivasi yang kuat dalam diri untuk terus maju dan berkembang, serta selalu bersyukur dengan apa yang kita miliki dan sekeliling kita, maka kita tidak akan kalah dengan keadaan. Hal tersebut menjadikan kita tidak menyerah dan minder dengan keadaan/status dari daerah mana kita berasal (kepulauan, dll) kita sama-sama punya hak yang sama untuk berkembang dan belajar.

Akhirnya di tahun 2009, saya berhasil diterima masuk di Jurusan Kedokteran dan masuk dalam peringkat 10 besar serta mendapatkan bonus beasiswa dari Universitas Sam Ratulangi Manado sampai saya menyelesaikan studi kedokteran. Puji Tuhan, semua karena kasih karunia Tuhan.

Saat akan menjadi mahasiswa kedokteran, waktu itu saya memulainya dengan sebuah tujuan yang pada awalnya hanya untuk menolong, merawat dan mengobati papa dengan menjadi seorang dokter kemudian motivasi dan tujuan saya berkembang untuk bisa membantu sebanyak-banyaknya orang kelak. Kalau saya punya cita-cita untuk membantu sebanyak mungkin orang, maka saya juga harus belajar dengan baik dan benar.

Saya juga tidak mau mengecewakan semua dukungan dan pengorbanan keluarga besar saya. Meskipun saya tahu keadaan ekonomi waktu itu dan seterusnya akan terasa sulit karena papa sebagai tulang punggung keluarga sebelumnya jatuh sakit, namun itu tidak menjadi penghalang ketika kita tau motivasi dan tujuan hidup kita adalah untuk kebaikan dan jadi berkat, maka pertolongan dan perkenanan Tuhan pun terjadi. Bisa mendapatkan beasiswa tidak membayar SPP sampai selesai sekolah dan mendapatkan tunjangan biaya hidup setiap bulannya.

Pengalaman menjadi mahasiswa kedokteran sangat menyenangkan. Intinya, jalanilah dan nikmati waktu menjadi seorang mahasiswa dengan baik dan benar. Bukan hanya belajar menaklukan buku dan menguasai ilmu, tapi juga harus bisa berinteraksi dengan orang dan lingkungan sekitar kita. Apalah artinya menjadi seorang yang dibekali ilmu yang baik tapi gagal membangun hubungan yang baik dengan sesama dan lingkungan sekitarnya.

Oleh sebab itu, semuanya harus dijalani dengan seimbang. Fase kehidupan menjadi seorang mahasiswa kedokteran berarti sudah siap berkorban lebih banyak waktu, tenaga/pikiran dan materi untuk menyelesaikan segala sesuatunya. Pada waktu mahasiswa sudah diberlakukan pengajaran/kurikulum KBK sehingga kelas kita hanya boleh terisi 20 orang maksimal di tiap kelas dengan pembelajaran modul / tutorial yang dipimpin oleh seorang Dosen.

Diharapkan interaksi dan pemahaman tentang modul/penyakit yang ada bisa lebih dalam dan maksimal. Setiap modul berkisar 1-4 minggu. Setiap pergantian modul, kelas kita diacak kembali sehingga teman-teman kita pun akan berlainan dalam satu kelas di modul-modul yang selanjutnya. Demikian berlanjut dan seterusnya. Kita pun diharapkan bisa mengenal teman-teman kita secara keseluruhan sampai selesai studi, karena dalam pendidikan ini pun kita diajarkan bagaimana memperlakukan teman kita sendiri/sejawat kita dengan sebaik-baiknya setelah menjadi seorang dokter nanti.

Setiap hari saya menjalani hari-hari saya dengan ucapan syukur. Disana juga saya ikut terlibat aktif dalam organisasi ilmiah (medical scientific community), sehingga bisa mengikuti berbagai lomba/kegiatan ilmiah nasional seperti olimpiade kedokteran Indonesia, penulisan karya-karya limiah/penelitian sampai publikasi (scientific writing, research and publication) di berbagai universitas yang ada di Indonesia seperti di Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Universitas Brawijaya Malang dan Universitas Hasanudin.

Di tahun 2012, saya mendapat kesempatan untuk mewakili fakultas kedokteran menjadi mahasiswa berprestasi yang kemudian karena kemurahan Tuhan setelah melewati berbagai proses seleksi bisa terpilih menjadi mahasiswa berprestasi (Mapres) Universitas Sam Ratulangi. 
Untuk terpilih menjadi mahasiswa berprestasi tersebut dilakukan beberapa penilaian/seleksi meliputi: akumulasi IPK, kegiatan/aktivitas kita di berbagai organisasi, kemampuan berbahasa inggris melalui sesi diskusi saat memaparkan presentasi ilmiah/penelitian yang kita bawakan saat proses seleksi.

Bagi saya, menyandang predikat mahasiswa berprestasi bukan status/predikat semata, tetapi merupakan sebuah tanggung jawab yang bisa saya dedikasikan selama menjalani pendidikan sebagai seorang mahasiswa dengan sebaik-baiknya.

Di tahun tersebut juga, saya mendapatkan reward dari Unsrat untuk menjalani orientasi di beberapa universitas di Jepang selama kurang lebih 14 hari. Diberikan kesempatan berdiskusi tentang sistem pendidikan yang kita jalani di Indonesia dan Unsrat khususnya. Beberapa universitas yang kami kunjungi disana adalah Universitas Saga, Universitas Kyoto dan Universitas Nagasaki. 

Tdr. Amelia Manatar (paling kanan) sewaktu studi banding di Jepang (Dok. AM)

Sungguh sangat menyenangkan dan menjadi sebuah pengalaman yang berharga dalam hidup saya. Saya bersyukur dan berpikir bahwa semua itu adalah bonus yang dititipkan dan diberikan Tuhan. Pesan saya: jangan hanya mengejar sampai seberapa bisa/tinggi ilmu yang bisa kita capai, tapi seberapa bisa dirimu menjadi berarti dan bermanfaat bagi sebanyak-banyaknya orang.

Sampai di tahun 2013, tepat di bulan februari dengan masa studi 3 tahun 5 bulan, saya lulus dan mendapatkan predikat Cum Laude dengan IPK 3,95 saat lulus. Istimewanya di kelulusan tersebut adalah ketika rektor Unsrat waktu itu Prof. Donald A. Rumokoy, SH, MH mempersilahkan saya untuk berdiri dan mendapatkan sebuah kesempatan serta kehormatan untuk diperkenalkan kepada seluruh orang yang hadir (seluruh wisudawan dan orang tua) bahwa Amelia (Red, Penulis) merupakan seorang mahasiswa berprestasi yang membanggakan, menjalani pendidikan dengan beasiswa dan menyelesaikan dengan sangat baik. Segala kemuliaan hanya bagi Tuhan.

Kehidupan berlanjut menjadi seorang dokter muda/coass di RSUP. Prof. dr.R.D.Kandou Manado dengan tugas dan tanggung jawab lebih kompleks dibanding saat menjadi seorang mahasiswa S1 biasa. Disini belajar banyak bagaimana berinteraksi dengan pasien-pasien yang ada dengan latar belakang dan penyakit yang berbeda, tentang bagaimana kita bisa membawa diri dengan baik dan bisa berkomunikasi dengan pasien menjadi bagian yang paling penting.

Dilengkapi dengan ilmu yang kita miliki dan terus pelajari dibarengi dengan sikap/attitude yang baik kepada pasien bahkan teman sejawat dokter lainnya menjadikan identitas sebagai seorang dokter yang lengkap.

dr. Amelia F. Manatar dalam Tugasnya sebagai dokter (Foto: A.M)

Kehidupan seorang dokter muda cukup melelahkan dan menyita banyak hal dalam hidup saya yaitu waktu maupun tenaga/pikiran, tapi di fase inilah sebenarnya merupakan fase yang paling membentuk kualitas seorang dokter. Di fase ini, tidak banyak dokter yang bisa mundur/menyerah kalau tidak memiliki tekad dan motivasi yang kuat. Setelah berhasil melalui fase ini, kualitas kita pun bertambah semakin baik.

Ada shift/ jam jaga yang harus kami jalani. Sebagai contoh, jika setiap hari normalnya kita bekerja mulai pukul 08.00-16.00 (disebut sebagai jam stase), kalau kita terjadwal jaga di hari tersebut maka jam jaga kita dimulai setelah jam stase (setelah jam 16.00) sampai keesokan harinya jam 8 pagi, demikian seterusnya kita langsung menjalani jam stase dari jam 08.00 pagi sampai jam 16.00. Setelah selesai semuanya, baru kita bisa pulang ke rumah. Begitulah waktu demi waktu dijalani, saya menyelesaikan coass/dokter muda saya di tahun 2015. Selanjutnya tidak selesai disitu, perjuangan yang terasa berat itu tidak lantas berakhir.

Saya harus menjalani ujian standard nasional seorang dokter umum atau disebut sebagai Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter yang dahulu disebut Ujian Kompetensi Dokter Indonesia. Sebagai persyaratan yang sudah ditetapkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia, kita belum resmi menjadi seorang dokter kalau belum diangkat sumpah seorang dokter dan lulus ujian tersebut. Di tahun yang sama, saya mengikuti ujian tersebut dan berhasil langsung lulus sehingga resmi menjadi seorang dokter dan diangkat sumpah dokter. Prosesi itu pun dihadiri oleh Papa saya tercinta dan segenap keluarga yang ada.

Setahun Memilih Mengabdi di Papua Barat

Perjuangan belum selesai, kami harus ditempatkan, diutus, disebar dulu ke rumah sakit-rumah sakit yang sudah ditunjuk pemerintah selama 1 tahun. Inilah yang disebut sebagai program dokter internship. Saya memilih dan ditempatkan di RSUD Kabupaten Sorong-Papua Barat mengabdi selama 1 tahun disana. Kebetulan waktu itu, belum ada akses untuk praktek sebagai dokter internship di Kabupaten Kepulauan Sangihe sehingga saya memilih ke Sorong, selain karena jarak yang tidak terlalu jauh dengan Manado tapi karena sudah sejak lama ingin melihat dan berinteraksi dengan masyarakat yang ada di sana.

Dimulai sejak bulan februari 2016 sampai februari 2017 saya bertugas menjadi seorang dokter internsip di RSUD.Kabupaten Sorong. Melihat masih banyak keterbatasan yang ada disana dari segi fasilitas kesehatan dll, mendorong saya untuk mau lebih menjadikan diri saya bermanfaat bagi mereka. Beberapa pemeriksaan penunjang masih terbatas dan belum bisa diakses oleh pasien dalam penegakan diagnosis penyakitnya.

Semenjak saya kuliah S1, saya sangat menyukai bidang Patologi Anatomi (PA). Patologi Anatomi sendiri adalah ilmu kedokteran yang mempelajari tentang sel/jaringan tubuh melalui pemeriksaan makroskopik, mikroskopik sampai ke tingkat molekular yang berguna untuk penegakan diagnosis penyakit tertentu. Perjalanan penyakit tertentu bisa dipahami sampai ke tingkat sel dan molekularnya sehingga bisa menjelaskan kenapa seseorang bisa mengalami suatu sakit tertentu, dan hal tersebut cukup menyenangkan bagi saya untuk mempelajarinya. Selain itu dengan perkembangan teknologi kedokteran saat ini, cabang ilmu tersebut bisa mempelajari sampai ke tingkat molekular dan metilasi genetik.

Melihat berbagai keterbatasan-keterbatasan terhadap keadaan tersebut yang ada di Papua hampir sama dengan yang ada di sangihe dalam hal pemeriksaan-pemeriksaan penunjang yang ada terlebih khusus di bidang patologi anatomi. Dari situ, muncul motivasi yang baru dalam hati saya jika Tuhan berkenan saya ingin melanjutkan pendidikan dokter spesialis patologi anatomi yang saat ini jumlahnya belum banyak di Indonesia. Ingin sekali membantu banyak orang khususnya pasien-pasien dalam bidang penegakan diagnostik patologi anatomi karena pentingnya pemeriksaan tersebut sangat menentukan keberlanjutan terapi/pengobatan yang akan dijalani pasien khususnya pasien dengan penyakit tumor/kanker.

Suatu saat saya ingin membangun sebuah laboratorium sebagai wadah untuk menampung orang-orang yang kurang mampu secara materi dilengkapi tim yang bisa membangun jiwa pasien-pasien tersebut karena tidak sedikit juga pasien sudah berada dalam tahap lanjut.

Di bulan februari 2017, saya akhirnya selesai dari pengabdian menjadi dokter internsip dan menunggu Surat Tanda Registrasi serta Surat Ijin Praktek sebagai dokter umum. Puji Tuhan, saya langsung diberikan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke dokter spesialis.

Melanjutkan Studi Spesialis di Universitas Indonesia

Saya memilih Universitas Indonesia (UI) sebagai tempat saya melanjutkan pendidikan spesialis. Bagi saya UI merupakan salah satu universitas impian saya untuk sekolah. Selain karena merupakan salah satu universitas yang terbaik di negeri ini, UI memiliki sumber daya manusia dan fasilitas yang lengkap untuk menopang proses belajar, pengalaman untuk berinteraksi dengan program-program/kuliah/seminar internasional lebih mudah didapatkan kesempatannya.

Kalau melanjutkan pendidikan ke program dokter spesialis, selain universitas perlu rumah sakit untuk menjalankan pendidikan. Di UI sendiri, untuk menjalankan praktek dalam proses pendidikan kita, ada RSCM (Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo) sebagai rumah sakit pusat rujukan nasional di Indonesia yang ditunjuk sebagai rumah sakit untuk kita menjalankan proses pendidikan tersebut. Sebagai RS rujukan nasional, RSCM memiliki fasilitas yang cukup lengkap yang mendukung. Untuk bidang patologi anatomi sendiri bisa dilakukan pemeriksaan sampai tingkat molekuler penyakit tertentu salah satunya menggunakan metode imunohistokimia.

Saat persiapan pendaftaran masuk, ada hal-hal yang perlu dipersiapkan mengenai persyaratan-persyaratan masuk. Dimulai dari tahap pengumpulan berkas/administrasi yang ada seperti contohnya adanya STR dokter umum, dll. Seperti biasa, tahapan seleksi masuk di UI dimulai dengan tes akademik yang dinamakan dengan SIMAK UI (Seleksi Masuk UI) meliputi tes potensi akademik/TPA, bahasa inggris/TOEFL, psikologi, kesehatan, tes MMPI dan tes program studi spesialis yang dipilih termasuk didalamnya proses magang dan paling akhir adalah wawancara.

Hal yang membuat saya kagum dengan pengalaman masuk di UI adalah saat salah satu persyaratan saya harusnya tidak bisa dipenuhi. Salah satu syarat UI waktu itu adalah memiliki pengalaman kerja minimal 1 tahun diluar praktek dokter internsip, sedangkan saya sendiri saat mendaftar belum memiliki pengalaman kerja selain praktek dokter internsip. Dalam pikiran dan hati saya mungkin saja saya belum bisa diterima karena tidak memenuhi syarat. Tetapi saya coba dulu dan usahakan yang terbaik dari yang saya bisa dalam keseluruhan rangkaian tes yang diadakan. Secara mengejutkan, beberapa minggu pengumuman tiba dan saya berhasil diterima di Universitas Indonesia (UI) untuk melanjutkan bidang spesialis Patologi Anatomi sampai saat ini tidak terasa sudah menjalani pendidikan dokter spesialis selama 6 semester. Sebentar lagi akan lulus.

Belajar disini banyak pengalaman yang ditemukan. Bertemu dengan kasus-kasus pasien yang variatif karena sebagai Rumah Sakit rujukan nasional sehingga kasusnya pun cukup kompleks serta dilengkapi dengan fasilitas belajar yang sangat baik. Bisa terlibat dalam acara-acara ilmiah nasional maupun internasional. Hanya bisa bersyukur dengan semua penyertaan Tuhan hingga saat ini.

Tanggungjawab Pelayanan di Tengah Pandemi Covid-19

Di tahun ini, saat ini kita ada di masa tidak mudah yang sedang kita hadapi bersama untuk pandemic covid-19 atau wabah corona yang kita ketahui. Awal mula penyebaran virus ini sejak akhir tahun lalu dari kota Wuhan di China sampai akhirnya pada bulan lalu sudah ditetapkan di negara kita memasuki masa darurat bencana korona ini. Penyebaran yang cepat dari penyakit ini sampai pada dampak buruknya berupa kematian bagi seseorang dan membawa dampak banyak yang lainnya mulai dari sistem pendidikan sampai ekonomi.

Dengan adanya wabah ini, sebagai seorang dokter apalagi berada di kota yang menjadi episentrum dari wabah tersebut yaitu Jakarta membuat kita harus berada di posisi/garda depan untuk menangani pasien-pasien yang datang dan terjangkit dengan penyakit ini.

Dampak dalam sistem pendidikan yang saya jalani beberapa diantaranya adalah adanya penundaan-penundaan serangkaian ujian tahap pendidikan yang dilakukan, penundaan seminar/wokshop/pertemuan-pertemuan ilmiah nasional/internasional, dan adanya pembatasan aktivitas pendidikan di program studi yang melibatkan banyak orang untuk mengurangi risiko paparan/kontak contohnya untuk presentasi ilmiah yang mulai dilakukan lewat sistem aplikasi multimedia online.

Dari segi pelayanan, tentu sangat menjadi perhatian lebih lagi. Berbeda dengan bidang spesialisasi lainnya, di bidang patologi anatomi kami berkontak dengan pasien-pasien melalui pemeriksaan FNAB/aspirasi biopsi jarum halus saat ada pasien yang datang memeriksakan diri dengan benjolan/tumor tertentu di tubuh mereka.

Kami tetap harus memakai alat pelindung diri (APD) yang lengkap sesuai standard badan kesehatan dunia/WHO saat melayani pasien-pasien yang ada. Tidak sedikit juga saat ini orang yang sebenarnya terinfeksi virus covid-19 ini tidak menunjukkan gejala klinis. Tetap keselamatan diri menjadi poin utama dalam melayani pasien. Meskipun dengan APD yang terbatas saat ini, kita akan tetap semampunya berjuang melawan ini semua.

Angka pasien yang terinfeksi penyakit ini terus mengalami kenaikan setiap harinya. Sehingga awalnya RSCM yang bukan menjadi pusat rujukan covid saat ini sudah ditetapkan menjadi pusat rujukan covid. Tanggung jawab pelayanan bertambah dan ini menjadi tugas kita semua sebagai tenaga medis untuk tetap dapat memberikan layanan yang terbaik.

Saat ini sangat dibutuhkan kerja sama semua orang tanpa terkecuali baik tenaga medis maupun masyarakat untuk sepakat memerangi wabah ini. Taat pada anjuran dan instruksi yang ditetapkan pemerintah salah satunya dengan menerapkan physical distancing sudah sangat membantu pemutusan rantai penyebaran virus ini.

Kita semua harus waspada dan mawas diri dengan keadaan saat ini untuk kebaikan kita bersama.

Banyak sekali berita yang ada terkait dengan penyakit ini, tidak sedikit pula yang tidak bisa dibuktikan kebenarannya/hoax. Saran saya, jangan mudah percaya dengan berita-berita yang ada apalagi kalau hoax dan lebih membawa ketakutan yang berlebihan di dalam hidup kita.

Selain itu, dengan taat memakai masker saat bepergian keluar rumah karena kita tidak tau siapa saja yang kita dijumpai diluar rumah bisa saja adalah orang yang terinfeksi tapi tidak menunjukkan gejala atau bahkan kita sendiri yang bisa membawa virus itu dalam tubuh kita. Dianjurkan untuk menggunakan masker kain bagi masyarakat. Dengan catatan disini bepergian keluar rumah jika benar-benar penting untuk kita lakukan.

Saat kita taat untuk sementara waktu berada di rumah, kita bisa memutuskan rantai penyebaran/penularan virus ini. Kalau bisa sepakat, pasti akan mudah untuk bisa kita lewati bersama. 

Semoga wabah dan pandemik ini bisa kita lewati dan segera berlalu. 

Penulis

dr. Amelia Fossetta Manatar
Dokter Residen Patologi Anatomi
RSCM (Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo), Jakarta. 
×
Berita Terbaru Update