Pilot Sibuk Bahas Virus Corona Jadi Penyebab Kecelakaan Pesawat Pakistan

Petugas sedang membersihkan sisa puing pesawat Airbus A320 yang mengalami kecelakaan. 

INTERNASIONAL, BININTA.COM– Teka-teki seputar penyebab kecelakaan pesawat Pakistan International Airlines akhirnya terkuak. Otoritas Pakistan, Kamis (25/6/2020), mengumumkan  jatuhnya pesawat yang menewaskan 97 orang tersebut disebabkan Pilot dan Co-pilot Pesawat tengah sibuk membahas virus Corona.

“Pilot sedang mendiskusikan corona selama penerbangan. Mereka tidak fokus”, kata Menteri Penerbangan Pakistan, Ghulam Sarwar Khan, dilansir dari New York Times. 
Khan menambahkan, dari hasil investigasi awal Pemerintah Pakistan, tak hanya sibuk membahas virus Corona, Pilot juga mengabaikan petunjuk dari menara pengawas lalu lintas udara Bandara Internasional Jinnah dan peringatan otomatis di kokpit.  

“Ketika menara kontrol memberi tahu pilot tentang ketinggian pesawat dalam posisi berbahaya, pilot mengatakan ‘saya akan menanganinya’ dan pilot mulai membahas coronavirus lagi,” ujar Khan. 

Padahal lanjut Khan, saat pesawat mendekati landasan bandara, menara pengawas lalu lintas udara telah memberikan tiga kali peringatan dan mengarahkan Pilot untuk tidak mendarat. 
“tapi pilot mengabaikan peringatan itu”, singkatnya. 

Pada 22 Mei, Pesawat berjenis Airbus A320 tersebut terbang dari kota Lahore menuju Karachi, membawa sebanyak 99 penumpang. Saat bersiap untuk mendarat, roda pesawat gagal diturunkan dan pesawat akhirnya menabrak landasan dan area perumahan. Sebanyak 97 orang meninggal, dua orang selamat dan 29 rumah warga hancur. 

Banyak penumpang dalam penerbangan ini terbang ke Karachi untuk merayakan Idul Fitri bersama anggota keluarganya. 
Kecelakaan fatal ini menambah daftar jumlah kecelakaan pesawat di Pakistan setelah sebelumnya di tahun 2010, pesawat Airbus yang terbang dari Karachi menabrak bukit, menewaskan 152 penumpang dan pada tahun 2016, sebuah pesawat Pakistan International Airlines terbakar setelah salah satu dari dua mesin turboprop-nya gagal, menewaskan 48 orang.  (New York Times/Redaksi Bininta)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *