Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok bertemu Dubes Australia untuk Indonesia, Paul Grigson saat masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. (Flicker). |
Sampai pada akhirnya, melalui kasus penistaan agama harus menyeretnya ke dalam jeruji besi.
Tapi itulah seorang Ahok, dengan langkah tegap dan penuh legowo, ia rela menjadi tumbal dari ketidakadilan karena dominasi kekuatan politik yang bersembunyi di balik atribut penegakan hukum.
Beragam cacian kontroversif mencuat ketika Ahok menceraikan isterinya, berbagai justifikasi heterogen menusuk tajam terhadap dirinya.
Lepas dari segala kontroversi tersebut, setidaknya seorang Ahok berani melangkah di jalan sunyi untuk menegakkan keadilan.
Tidak bisa di pungkiri, di tengah sinisme publik yang sudah terlalu sering disuguhkan dengan perangai bobrok para pejabat hitam, Ahok muncul sebagai kiblat harapan bahwa Indonesia masih punya benih unggul pelopor perubahan.
Kecerdasan yang brilian, ditunjang dengan konsistensi integritasnya sebagai pejabat publik, telah membuat Ahok bagai “trigger” yang memacu para tokoh muda untuk berani mengikuti jejaknya menjadi pejuang keadilan bagi kepentingan rakyat.
Sekalipun tidak bisa dibantah bahwa bagi kaum yang sudah terbiasa memgkonsumsi jatah koruptif, sosok dan sepak terjang Ahok akan selalu menjadi musuh bebuyutan.
Ahok hanya salah satu contoh sosok yang tidak hanya cakap membangun narasi kritis bagaikan pisau bedah membongkar borok bernanah dalam rantai birokrasi dan layanan publik.
Penulis
Jerry Bambuta
Forum Literasi Masyarakat Sulawesi Utara.