INTERNASIONAL, BININTA.COM – Uni Eropa sedang membuka jalur komunikasi dengan Taliban untuk memfasilitasi para pengungsi dapat keluar dari negara itu, namun menolak untuk mengakui rezim itu berkuasa di Afghanistan.
Hal ini ditegaskan Presiden Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen saat kunjungannya ke pusat Penampungan Pengungsi yang berlokasi di Madrid, Spanyol, Sabtu (21/8/2021).
“Kami memiliki kontak operasional dengan Taliban di masa krisis ini, karena kami perlu membahas dengan mereka bagaimana memfasilitasi orang-orang di Kabul untuk datang ke bandara,” ujar Ursula von der Leyen, dilansir dari Associated Press, Minggu (22/8/2021).
Von Der Leyen menjelaskan, terjalinnya komunikasi dengan Taliban bukan berarti Uni Eropa mengakui otoritas Taliban atas Afghanistan. Sebab sedari awal posisi Uni Eropa jelas tidak mengakui rezim tersebut berkuasa.
“Uni Eropa tidak melakukan pembicaraan politik dan tidak ada pengakuan terhadap Taliban”, tegasnya.
Apalagi dari laporan yang ia terima, Tindakan militan Taliban di lapangan tidak mencerminkan komitmen mereka untuk menjaga Hak-hak asasi manusia, sebagaimana di awal mereka katakan saat berkuasa di Afghanistan.
“Kami mendengar semakin banyak laporan tentang orang-orang yang diburu karena pekerjaan atau pendapat mereka di masa lalu, dan kami mendengar wanita diusir saat ingin datang bekerja,” ungkapnya.
Mengatasi krisis ini, dia mengajak seluruh komunitas internasional untuk membantu masyarakat Afghanistan.
Sebab menurutnya, kembalinya rezim Taliban di Afghanistan dikhawatirkan dapat memicu korban jiwa karena perang saudara dan migrasi jutaan orang.
“Kita harus memastikan bahwa pengungsi Afghanistan dapat kembali ke rumah mereka atau setidaknya mereka memiliki harapan untuk dapat tinggal di Afghanistan atau di negara tetangga,” ajak dia.
(red)