Di sebuah pagi, saat matahari belum juga menampakkan sinarnya, orang-orang di sekitar tempat saya tinggal terbangun. Kami terkejut oleh teriakan seorang lelaki paro baya, bertubuh gemuk, pendek yang berjalan terhuyung sambil mengayun-ayun sebilah parang.
Kondisinya tidak karuan. Wajahnya pucat, matanya merah, liar berkilat dengan pipi lebam seperti sehabis membentur benda keras. Lalu sekali lagi ia mengulangi teriakannya. ” Kiapa!!, kita memang orang susah, mar ini, e ini itu orang asli Melonguane, so kita ini itu tuan tanah!!!,…” ia berteriak sambil menepuk-nepuk dadanya. Ada nada frustrasi, sedih bercampur geram dalam suaranya. Ia melampiaskan kemarahannya saat kondisi mabuk.
Lelaki ini telah menjual beberapa lahan tanahnya untuk membeli bentor (becak bermotor), agar dapat menghidupi istri dan kedua anaknya. Dan kini ia tidak lagi memiliki lahan untuk dipakai berkebun kecuali lahan tempat ia mendirikan rumah.
Di sekitaran akhir tahun 90-an sampai awal 2000-an, Melonguane masih merupakan sebuah desa pesisir, dengan pasir putih, indah terlihat dari laut. Pemandangan ini bisa dinikmati saat lewat menggunakan kapal penumpang dari Beo menuju Lirung. Pasir putih itu membentang mulai dari pantai Arangacca di sebelah barat hingga sepanjang bibir desa Melonguanne. Sementara di bagian timur, deretan hutan bakau menghias ujung desa sekaligus melindunginya dari badai laut timur.
Melonguane berada tepat di depan pulau Salibabu, pulau kedua terbesar setelah pulau Karakelang. Di antara kedua pulau ini, yakni di sebelah timur Melonguane terdapat dua pulau kecil Sarra Besar dan Sarra Kecil yang menjadi andalan pengembangan wisata Kabupaten Talaud di masa depan. Bagian utara Melonguane adalah dataran menengah dengan perbukitan kecil. Di dataran itulah kini berdiri pusat perkantoran Pemerintah Kabupaten Kepulauan Talaud.
Melonguane di sepuluh tahun lalu memiliki penduduk relatif homogen di mana sebagian besar penduduknya hidup sebagai petani dan nelayan. Sebagian lain, dalam jumlah lebih kecil berprofesi sebagai pegawai negeri sipil, TNI, POLRI serta pengusaha.
Di Melonguane terdapat kehidupan rutin sebagaimana desa-desa pesisir di Kepulauan Talaud. Sebelum matahari terbit, para lelaki biasanya telah berkemas menuju kebun, dengan membawa bekal buatan istri. Mereka menanam singkong, umbi-umbian, sayuran serta membudidayakan tanaman pala, cengkih dan kelapa yang merupakan komoditi unggulan masyarakat Talaud.
Itulah sebabnya di setiap pinggir desa Melonguane dipenuhi tanaman komoditi ini. Hal itu mereka jalani untuk memenuhi nafkah keluarga, serta membiayai anak-anak mereka yang bersekolah di sekolah-sekolah di Melonguane dan yang melanjutkan ke perguruan tinggi di Manado.
Pada sore hari, setelah sejenak beristirahat, beberapa orang, terutama yang tinggal di pinggir pantai, akan mempersiapkan kail dan joran. Mereka menaiki Londe¸sebuah sampan dengan dua cadik di samping kiri kanan yang biasa digunakan nelayan-nelayan Melonguane untuk mencari ikan.
Lalu menjelang subuh mereka pulang ke rumahnya. Hasil tangkapan bisa diterka dari wangi aroma ikan bakar, yang mengepul dari dapur perempuan Melonguane, atau lewat sumringah anak-anak mereka yang mengusap perut setelah menghabiskan beberapa potong ikan goreng buatan ibu mereka.
Itulah keseharian penduduk kota Melonguane di sepuluh tahun lalu. Kini keseharian itu telah berubah. Banyak dari penduduk Melonguane tidak lagi hidup bertani dan bernelayan. Sebagian besar dari mereka berubah profesi menjadi tukang bentor, buruh bagasi pelabuhan, atau bekerja sebagai pelayan di tempat-tempat usaha yang kini memenuhi hampir seluruh jalan besar di kota Melonguane. Yang tidak banyak berubah adalah para pegawai negeri yang memang sudah ada sejak awalnya, beberapa pengusaha lokal serta para petani yang masih memiliki lahan pertanian mereka.
Perubahan wajah kota dan kehidupan masyarakat Melonguane terjadi dalam 10 tahun terakhir. Ini dimulai sejak penetapan Melonguanne menjadi ibukota Kabupaten Kepulauan Talaud. Sejak saat itu penduduk Melonguane kian bertambah, oleh para pegawai negeri sipil yang menetap, serta para penduduk tidak tetap yang datang sekadar berlibur, atau yang melakukan kegiatan bisnis.
Penetapan Melonguane dilakukan setelah terjadi tarik ulur yang cukup lama dalam penentuan letak ibukota Kabupaten, antara kota Lirung di pulau Salibabu dan kota Beo di pusat pulau Karakelang. Keduanya merupakan dua kota kecil utama di Kepulauan Talaud. Lirung memiliki klaim untuk menjadi ibukota Kabupaten karena potensi ekonomi yang di milikinya.
Sejak dahulu, Lirung merupakan kota bandar, dengan pelabuhan kecil yang menjadi andalan sejak masa lampau. Dengan potensi perdagangan yang cukup tinggi, didukung adanya komoditas tanaman pala yang menjadi andalan, menjadikan Lirung sebagai kekuatan ekonomi Talaud. Tidak heran di Lirung, dapat ditemui toko-toko berukuran besar yang tidak ditemui di kota-kota kecil lain di kepulauan Talaud. Bahkan penduduk di pulau Karakelang dan Kabaruan beberapa kali dalam seminggu berbelanja kebutuhannya di kota Lirung.
Sedangkan kota Beo memiliki klaim tersendiri. Sejak masa lampau kota Beo telah menjadi pusat kebudayaan Karakelang. Di Beo pernah ada sebuah kerajaan kecil yang banyak mempengaruhi pertumbuhan kebudayaan di desa-desa sekitar. Sejak dahulu Beo menjadi sentrum kebudayaan dan ekonomi bagi masyarakat Karakelang. Selain itu di Beo, di masa setelah kemerdekaan Indonesia, pertama kali didirikan sebuah sekolah menengah yang banyak melahirkan tokoh-tokoh intelektual Talaud masa kini.
Tarik ulur antara Lirung dan Beo berlangsung cukup lama. Hal itu dilakukan terutama oleh para penggagas pembentukan Kabupaten Kepulauan Talaud yang memiliki kedekatan dengan dua sentrum ini. Titik temu tidak tercapai, maka dicarilah sebuah jalan keluar yang tidak memihak pada salah satu kutub.
Setelah mempertimbangkan berbagai aspek baik secara sosial, ekonomi dan geografis maka Pemerintah Pusat menetapkan ibukota Kabupaten Kepulauan Talaud di Melonguane yang relatif berada di tengah kedua kota ini. Salah satu faktor yang mempengaruhi penetapan itu adalah Melonguane telah memiliki sebuah bandar udara kecil, yang menyediakan hubungan cepat transportasi lewat udara dari dan menuju Talaud.