Notification

×

Iklan

Iklan

Ahok, Sosok Fenomenal

Sabtu, 22 Agustus 2020 | 15:31 WIB Last Updated 2020-09-18T06:41:39Z
Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok bertemu Dubes Australia untuk Indonesia, Paul Grigson saat masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. (Flicker).

Ahok, nama itu hampir selalu menjadi target perburuan informasi melalui berbagai media mainstream, media online atau media sosial dari para audiens, dari yang berasal dari audiens tradisional maupun digital natives.

Sejak di Belitung Timur hingga menjadi Wakil Gubernur (Wagub) DKI dan Gubernur DKI, Ahok selalu muncul dengan sepak terjang bagai bulldozer yang meluluhlantakan kartel dan sarang koruptif dari para mafia hitam yang sudah lama bersarang dalam tentakel kekuasaan.

Sampai pada akhirnya, melalui kasus penistaan agama harus menyeretnya ke dalam jeruji besi. 

Sekalipun kalau mau dikaji secara jujur dan obyektif, dalam kasus tersebut cukup kuat aroma diskriminatif terhadap minoritas dari segi agama dan etnis.

Tapi itulah seorang Ahok, dengan langkah tegap dan penuh legowo, ia rela menjadi tumbal dari ketidakadilan karena dominasi kekuatan politik yang bersembunyi di balik atribut penegakan hukum. 

Tidak heran jika kasus ini masih tetap menjadi sorotan lembaga hak asasi internasional sebagaimana yang diberitakan Media Kompas.com dalam artikelnya Komnas HAM: Kasus Ahok Itu Luar Biasa, Sampai Hari Ini Tak Selesai, di Internasional Orang Bertanya. 

Pasca bebas dari hukuman penjara, dengan sangat legowo dan penuh sikap negarawan, nampak tidak ada kebencian terhadap kelompok yang melakukan kriminalisasi terhadap dirinya.

Di tengah konstalasi politik nasional yang kerap menggoreng politik identitas untuk menjadi detonator polarisasi opini publik, Ahok sangat menyadari bahwa dirinya harus menjadi penyejuk solidaritas kebangsaan.

Beragam cacian kontroversif mencuat ketika Ahok menceraikan isterinya, berbagai justifikasi heterogen menusuk tajam terhadap dirinya. 

Memang tidak bisa dihindari, resiko menjadi publik figur kerap kali tak hanya memunculkan simpati tapi juga resistensi.

Lepas dari segala kontroversi tersebut, setidaknya seorang Ahok berani melangkah di jalan sunyi untuk menegakkan keadilan. 

Sekalipun harus melewati setapak jalan penuh duri yang kelam. Konsistensinya benar-benar menjadi sindirin sekaligus tamparan pedas bagi para pejabat korup, yang bersembunyi di balik silaunya pencitraan manipulatif.

Tidak bisa di pungkiri, di tengah sinisme publik yang sudah terlalu sering disuguhkan dengan perangai bobrok para pejabat hitam, Ahok muncul sebagai kiblat harapan bahwa Indonesia masih punya benih unggul pelopor perubahan. 

Ahok telah menjelma sebagai simbol "Man of Integrity" sebagai pejabat publik.

Kecerdasan yang brilian, ditunjang dengan konsistensi integritasnya sebagai pejabat publik, telah membuat Ahok bagai "trigger" yang memacu para tokoh muda untuk berani mengikuti jejaknya menjadi pejuang keadilan bagi kepentingan rakyat.

Sekalipun tidak bisa dibantah bahwa bagi kaum yang sudah terbiasa memgkonsumsi jatah koruptif, sosok dan sepak terjang Ahok akan selalu menjadi musuh bebuyutan. 

Tapi di antara mereka yang menganggap bodoh teladan integritas, optimisme pasti masih ada pada sekian banyak anak muda yang punya mata penuh visi dan nurani penuh gelora untuk membangun restorasi holistik secara kontekstual dan lebih membumi.

Ahok hanya salah satu contoh sosok yang tidak hanya cakap membangun narasi kritis bagaikan pisau bedah membongkar borok bernanah dalam rantai birokrasi dan layanan publik. 

Secara urgen, kita harus membangun inkubator pengkaderan yang bisa menelorkan figur pemimpin yg visioner sekaligus cerdas dan kuat untuk membangun perubahan di bumi Nusantara. 

Penulis

Jerry Bambuta

Forum Literasi Masyarakat Sulawesi Utara. 
×
Berita Terbaru Update