 |
| Menko Polhukam Mahfud MD memastikan Indonesia alami resesi di bulan September 2020 (ANTARA Foto/Wahyu Putro A). |
NASIONAL, BININTA.com - Menteri Kordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD mengatakan hampir dipastikan Indonesia akan masuk jurang resesi bulan depan.
Bahkan menurut Mahfud MD, dapat dipastikan bahwa 99,9 persen Indonesia resesi bulan depan.
"Bulan depan hampir dapat dipastikan 99,9% akan terjadi resesi ekonomi di Indonesia,” kata Mahfud dikutip dari Detik.com, Senin (31/08/2020).
Kendati menghadapi kondisi ni, Mahfud MD menghimbau agar masyarakat tidak khawatir lantaran resesi bukan krisis ekonomi.
"Tapi resesi itu bukan krisis. Beda resesi dan krisis", ujarnya.
Ia menekankan kalau Pemerintah Indonesia sudah mengantisipasi resesi ini sehingga telah menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 82 Tahun 2020 tentang Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional.
Melansir dari CBNC Indonesia, sebelumnya Sri Mulyani sempat mengisyaratkan potensi resesi ekonomi Indonesia pada kuartal III tahun 2020.
Kita memang melihat di kuartal III downside risk tetap menunjukkan risiko yang nyata. Kuartal III outlook-nya antara 0% hingga minus 2," ujar Sri Mulyani.
Kendati demikian, ia mengatakan masih ada sisa waktu bagi pemerintah Indonesia agar dapat menghindari resesi sehingga ia menolak untuk menyerah dengan kondisi resesi ini.
"Jangan menyerah dulu. Kan masih ada 1 setengah bulan, jadi kita upayakan," ujar eks Direktur Pelaksana Bank Dunia itu. (AR)
Melansir dari CBNC Indonesia, sebelumnya Sri Mulyani sempat mengisyaratkan potensi resesi ekonomi Indonesia pada kuartal III tahun 2020.
Kita memang melihat di kuartal III downside risk tetap menunjukkan risiko yang nyata. Kuartal III outlook-nya antara 0% hingga minus 2," ujar Sri Mulyani.
Kendati demikian, ia mengatakan masih ada sisa waktu bagi pemerintah Indonesia agar dapat menghindari resesi sehingga ia menolak untuk menyerah dengan kondisi resesi ini.
"Jangan menyerah dulu. Kan masih ada 1 setengah bulan, jadi kita upayakan," ujar eks Direktur Pelaksana Bank Dunia itu. (AR)
