Notification

×

Iklan

Iklan

Benang Merah antara Pragmatisme dan Idealisme Politik

Kamis, 21 Januari 2021 | 21:31 WIB Last Updated 2021-01-21T14:33:44Z
Pragmatisme dan Idealisme Politik
Ilustrasi Poltiik. 

POLITIK selalu jadi topik diskusi yang hangat di bahas, dari emperan jalanan hingga ke ruang formal para politisi lokal dan nasional. 

Politik secara praktis tidak bisa dipisahkan dengan realitas kompetisi perebutan kekuasaan. Secara ideal, tujuan dari kompetisi perebutan kekuasaan tersebut adalah untuk kepentingan kesejahteraan rakyat. 

Gesekan kepentingan politik kerap kali cukup kompleks karena memicu turbulensi kepentingan politik dari banyak aspek, baik aspek personal atau kelompok. 

Bahkan dari yang bersifat pragmatis-destruktif ataupun idealis-konstruktif.

Bahasa dan produk politik secara praktis adalah sangat transaksional. Jika kita ingin langgeng dalam gelanggang politik, maka kita harus siap dan selalu bisa menyiapkan produk-produk bargaining yang dinamis dan relevan dengan dinamika politik. Karena dalam politik yang kekal itu bukan hubungan tapi kepentingan. 

Realitas di atas yang membuat politik memiliki volatilitas yang sangat tinggi. Langkah spekulatif akan menjadi bumerang yang menyerang balik para pelaku politik. Oleh karena itu, kecerdasan dan intuisi yang tajam sangat di butuhkan dalam melakukan estimasi politik yang rasional dan terukur. 

Identifikasi cermat dalam eksploitasi isu, preparasi basis, penetrasi basis, sentrisasi figur, soliditas basis serta upaya pemicu migrasi pemilih mutlak disiapkan. 

Pendekatan strategis dan logis ini dibutuhkan agar proyeksi politis tidak terjebak dalam optimisme yang utopis. 

Rasionalisasi yang terukur akan sangat membantu dalam adaptasi yang dinamis serta kecakapan mengantisipasi volatilitas politik.

Politik adalah kendaraan yang akan mengantarkan sosok figur ke puncak kekuasaan. Puncak kekuasaan tersebut akan terhubung dengan hajat kehidupan orang banyak yang vital. Akan sangat berbahaya jika politik dikuasai oleh pemimpin yang belum beres dengan dirinya sendiri.

Feedback politik yang akan dikejar hanya akan terfokus pada diri sendiri dan kelompok terbatas. Akibatnya, kepentingan publik akan terabaikan sehingga memicu terjadinya kesenjangan sosial dan ketimpangan ekonomi yang tragis. 

Cara konsolidasi dan komunikasi politik selalu melibatkan pola-pola yang transaksional, tapi tujuan dari politik tidak bisa terlepas dari kepentingan ideal orang banyak. 

Jika benang merah ini bisa terhubung, maka politik akan menjadi instrumen perubahan strategis yang dapat mengubah kehidupan banyak orang menjadi lebih baik. 

Sebaliknya, jika cara konsolidasi politik yang transaksional, terlepas dari tujuan ideal untuk banyak orang, maka politik akan terdegradasi menjadi pemicu genosida sosial ekonomi dalam ruang masyarakat.

Penulis

Jerry Bambuta 
Forum Literasi Masyarakat Sulawesi Utara. 
×
Berita Terbaru Update