Notification

×

Iklan

Iklan

The World of the Married VS The World of the Covid

Minggu, 26 April 2020 | 19:40 WIB Last Updated 2020-04-26T12:46:36Z
Penulis

Sejak awal tayang di saluran TV Kabel Korea, JTBC, drama “The World of The Married” sudah menyita banyak perhatian, baik oleh para penonton dari negara asalnya, pun juga penonton mancanegara, termasuk di antaranya Indonesia. Drama ini bahkan telah menduduki rating tertinggi untuk drama korea yang tayang di tahun 2020 hanya dalam 9 episode saja.

Saking terkenalnya drama ini, hampir setiap kali berselancar di media sosial, pasti saya selalu melihat status para sobat yang marah-marah sendiri atau yang memasang meme berhubungan dengan Drama Korea (Drakor) ini.

Salah satu tokoh paling fenomenal dalam cerita ini adalah sang Perebut Laki Orang (Pelakor) cantik yang diperankan oleh aktris pendatang baru, Han So Hee. Kecantikan dan aktingnya memesona sekaligus membakar hati para pendukung tokoh Ji Sun Woo, sang korban yang rumah tangganya hancur karena perselingkuhan suaminya dengan pelakor cantik tersebut.

Meskipun belum menonton drama ini, saya pikir bahwa sosok pelakor yang mempermainkan perasaan semua Ibu-Ibu dan ciwi-ciwi di rumah adalah analogi yang cukup sempurna untuk menggambarkan “The World of Covid” yang sedang “tayang” di tengah-tengah kehidupan kita semua.

Pada dasarnya, “Pelakor hadir untuk mencari keuntungan pribadi, bukan ingin berjuang bersamabersama." Begitu kata seorang Ibu Dosen yang menjadi sumber inspirasi saya membuat tulisan ini.

Apakah keuntungan untuk memenuhi kebutuhan seksual atau sekadar butuh perhatian dari lawan jenis atau kebutuhan lainnya yang hanya diketahui Pelakor yang bersangkutan. entah! Yang pasti, seorang Pelakor sampai nekad menghancurkan rumah tangga bahagia tentu tak lepas dari hasrat egoistis serupa.

Hal ini tidak berbeda dengan keadaan di tengah pandemi covid-19 saat ini, misalnya fakta di lapangan ketika kita melihat berbagai problema dalam penyaluran bantuan sosial.

Ketika manusia merasakan aliran uang yang mengucur deras dari “keran” APBD dan APBN, maka di situ pula pilihan yang memicu masalah mulai muncul. Apakah dirinya hanya membuka keran tersebut dan menimba bantuan untuk disimpan sendiri atau bersedia menimba-kan bantuan untuk orang lain sebagai bentuk perjuangan bersama menghadapi pandemi ini.

Di sinilah ke-"manusia"-an seorang manusia akan diuji. Mentalitas kita akan mengarahkan kita entah untuk menjadi orang yang mementingkan keuntungan pribadi dibanding perjuangan bersama--persis seperti deskripsi Pelakor di atas--atau sebaliknya menjadi orang yang rela berkorban serta peduli dengan kesusahan yang dialami saudara, tetangga, bahkan orang yang asing dari lingkaran pergaulan kita sekalipun.

Kenyataannya, frasa sindiran ODP a.k.a Orang Dekat Pala/Orang Dekat Penguasa masih liar bergaung di media sosial, menandakan bahwa tidak sedikit di antara kita yang krisis sisi kemanusiaannya di tengah situasi kritis seperti sekarang. Padahal, mungkin saja kalau bicara soal Doa dan Firman, orang-orang seperti itu selalu maju paling depan. Ngeri ngeri geli saya kalau memikirkan hal ini. Hehe..

“Keran” ini sungguh menelanjangi “Siapa Saya?” yang sebenarnya: bermental layaknya sang Pelakor atau sebaliknya.

Jadi, seperti apa kita mengatur jalan cerita dari drama "The World of The Covid" ini? Apakah kita mau memilih untuk hidup dengan karakter pelakor atau tidak?
Saya sudah menentukan pilihan. bagaimana dengan kalian?
Choose wisely!

*Pelakor : Perebut Laki Orang. Istilah ini dibumingkan lewat sosial media.

Penulis: 
Agnes Senduk, Gadis Manado yang menekuni linguistik dan sastra.
×
Berita Terbaru Update