Notification

×

Iklan

Iklan

AS Mencabut 1.000 Visa Pelajar dan Peneliti Asal China

Kamis, 10 September 2020 | 15:30 WIB Last Updated 2020-09-13T07:53:43Z
Ilustrasi Bendera AS dan China.

INTERNASIONAL, BININTA.COM - Pemerintah Amerika Serikat mencabut lebih dari 1.000 visa pelajar dan Peneliti asal China karena dianggap beresiko pada Keamanan Dalam Negeri AS.

Dalam pernyataan resminya pada 29 Mei, Presiden Donald Trump menegaskan batasan masuknya pelajar dan peneliti China ke negeri Paman Sam.

Trump mengatakan beberapa pelajar China yang datang studi di AS digunakan militer China untuk mendapatkan teknologi AS dan mencuri kekayaan intelektual.

Setelah pernyataan ini, Departemen Luar Negeri AS melalui juru bicaranya kemudian mengungkapkan kalau sejak 1 Juni sebanyak lebih dari 1.000 visa pelajar asal China telah dicabut karena tidak memenuhi syarat, Rabu (9/9/2020).

"Dimulai 8 September 2020, Departemen telah mencabut lebih dari 1.000 visa warga negara China, yang ditemukan terkait berdasarkan pada Proklamasi Presiden 10043 dan karena itu tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan visa," katanya.

Sebelumnya, Pjs. Kepala Departemen Kementerian Dalam Negeri AS Chad Wolf juga mengumumkan pencabutan visa bagi mahasiswa dan peneliti asal China tersebut.

"Visa bagi mahasiswa pascasarjana dan peneliti China yang terkait dengan strategi fusi militer China untuk mencegah mereka mencuri dan sebaliknya melakukan penelitian sensitif, " ungkapnya.

Wolf juga menuding praktik bisnis yang tidak adil dan upaya spionase industri China, mencuri penelitian virus corona dan penyalahgunaan visa pelajar untuk mengeksploitas akademisi AS.

Beijing merespon keputusan AS ini, Kamis (10/9/2020), melalui juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian.

"China berhak untuk membuat tanggapan lebih lanjut tentang masalah ini," katanya dalam konferensi pers.

Hingga kini, tercatat sekitar 360.000 pelajar asal China yang studi di AS dan memberikan pendapatan yang tinggi bagi perguruan tinggi, meskipun di tengah tekanan ekonomi akibat dampak Covid-19. (Reuters/AR)
×
Berita Terbaru Update