Notification

×

Iklan

Iklan

Guru Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Rabu, 25 November 2020 | 11:13 WIB Last Updated 2020-11-25T04:13:07Z
Penulis Guru Tanpa Tanda Jasa
Penulis, Jerry Bambuta. Dok. Jerry

SLOGAN populer yang dialamatkan kepada para guru dengan sebutan "Pahlawan Tanpa Tanda Jasa" sudah cukup familiar di telinga kita.

Secara analogis, para guru itu ibarat rahim yang melahirkan masyarakat intelektual bangsa ini. Di mana masyarakat intelektual ini juga yang menjadi determinan penting bagi eksistensi negara pada masa kini dan masa yang akan datang.

Artinya, hancurnya kualitas guru berdampak langsung pada buruknya kualitas masyarakat intelektual kita, buruknya masyarakat intelektual kita otomatis berdampak buruk pada rapuhnya eksistensi negara ini.

Peran guru sangat...sangat....sangat vital! Ini sama vitalnya dengan barisan TNI/POLRI yang berdiri di garda terdepan sebagai pertahanan sipil/militer, menjaga stabilitas dan kedaulatan negara terhadap ancaman-ancaman dari dalam dan luar negeri. 

Bedanya, senjata para guru bukanlah senjata api tapi bermodalkan pena dan buku. Seberapa vital peran guru? Ketika Jepang di bom oleh tentara sekutu, seketika Jepang luluh lantak tidak berdaya dan akhirnya bertekuk lutut di hadapan sekutu.

Kaisar Jepang Hirohito kala itu menanyakan ke perdana menterinya, ada berapa banyak wanita dan guru yang tersisa. Kaisar Hirohito tersedak melihat Jepang luluh lantak oleh hantaman bom nuklir di Hiroshima dan Nagasaki. Ia melihat jauh ke depan utk kebangkitan Jepang dengan dua modal utama, yaitu "wanita" dan "guru". Mengapa? Bagi Kaisar Hirohito, wanita adalah para ibu yang akan melahirkan tunas-tunas Jepang yang baru dan para guru yang akan mendidik mereka. 

Proyeksi kaisar tersebut di zaman yang kala itu feodal ternyata sangat futuristik di kemudian hari. Lihatlah Jepang hari ini, dua modal yang Kaisar Hirohito prioritaskan telah membuat Jepang menjelma menjadi salah satu negara termaju di kawasan Asia.

Saya lahir dari keluarga yang mayoritas adalah guru, suka-duka seorang guru sangat saya pahami. Dengan segala perjuangan hidup, para guru harus gigih dan ulet untuk mendidik anak-anak bangsa. Sekalipun dari sekian anak didik tersebut ada yang 'kumabal' (bandel), tanpa ada etika. 

Jika bukan karena peran seorang guru, kita tidak akan pernah menjadi siapa pun dengan profesi yang kita emban hari ini. 

Di dalam benak seorang guru, dia memiliki segudang impian yang besar bagi setiap anak didiknya, itu harus kita sadari bukan hanya sebatas motivasi dalam ruang belajar tapi sebagai titipan warisan yang luhur untuk kita mengubah wajah masa depan bangsa ini.

Guru Pahlawan Tanpa Tanda Jasa. Selamat Hari Guru! Terima Kasih Guruku!

Penulis
Jerry Bambuta, Sekda LMPP Mada Sulawesi Utara. 
×
Berita Terbaru Update