Notification

×

Iklan

Iklan

Bakteri dan Jamur, Alternatif Pengendalian Hama Pertanian

Sabtu, 26 Desember 2020 | 10:23 WIB Last Updated 2020-12-26T03:23:05Z
Pengendalian Hama Pertanian
Ilustrasi pengendalian hama pertanian. 

BIDANG pertanian merupakan salah faktor utama yang mendukung perekonomian di indonesia selain dari bidang industri dan teknologi yang terus berkembang dengan sangat cepat.

Pertanian masih menjadi sangat krusial karena jumlah penduduk indonesia yang sangat banyak mencapai lebih dari 200 juta jiwa yang membutuhkan pasokan pangan yang tinggi setiap harinya, dimana pasokan pangan tersebut sebagian besar berasal dari pertanian dan perkebunan.

Masalah yang marak terjadi di indonesia pada saat sekarang ini adalah berkurangnya luas lahan pertanian dikarenakan alih fungsi lahan menjadi kawasan industri dan kawasan pemukiman penduduk.

Berkurangnya luas lahan pertanian yang dapat digunakan tentu saja akan berdampak pada berkurangnya produktifitas hasil pertanian. Oleh karena itu, sekarang orang-orang mulai berusaha mengembangkan berbagai inovasi dalam bidang pertanian untuk mendapatkan produk hasil pertanian yang melimpah dengan memanfaatkan lahan yang ada semaksimal mungkin. 

Dalam pengembangan untuk meningkatkan produktifitas pertanian ini tentu terdapat berbagai macam kendala yang dihadapi. Salah satunya adalah maraknya hama tanaman atau Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang dapat mengurangi produktifitas lahan pertanian. 

Terdapat berbagai macam jenis organisme yang bersifat hama bagi tanaman, seperti jamur patogen yakni jenis jamur yang menyebabkan penyakit tanaman. Sebenarnya tidak semua jamur yang bersifat patogen pada tanaman, ada pula beberapa jenis jamur yang justru melindungi tanaman dari jamur patogen tersebut serta juga melindungi jamur dari serangga pemakan daun tanaman dan lain sebagainya yang biasa disebut juga sebagai jamur entomopatoen. 

Pada saat sekarang ini kebanyakan orang menggunakan pestisida, insectisida kimia ataupun bahan-bahan berbahan kimia lainnya dalam menangani masalah ini. Penggunaan bahan-bahan kimia ini sebenarnya memiliki efek samping yang kurang baik, diantaranya: sisa-sisa bahan kimia yang menempel pada produk hasil pertanian kemungkinan besar dapat termakan oleh manusia apabila proses pembersiahan kurang sempurna yang nantinya apabila terakumulasi dalam jumlah tertentu didalam tubuh dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan. 

Selain itu, akumulasi zat kimia berbahaya pada tanah lahan pertanian dalam jangka panjang nantinya juga akan berdampak pada kelangsungan hidup biota-biota tanah dimana biota-biota tanah ini memiliki peran yang penting dalam meningkatkan kesuburan tanah pada lahan pertanian yang juga menjadi salah satu faktor berpengaruh terhadap produktifitas pertanian.

Kekurangan lainnya dari penggunaan pestisida kimia adalah kemungkinan terjadinya resisitensi oleh organisme pengganggu tanaman terhadap pestisida kimia yang diberikan terus menerus akibat adanya adaptasi berupa perubahan-perubahan fisiologis tubuh pada hama maupun mutasi genetik pada organisme tersebut. 

Apabila resistensi ini terjadi tentu pestisida maupun insektisida kimia yang biasa digunakan tidak akan mampu lagi menjadi solusi dalam penanganan hama tanaman ini karena tingkat efektifitasnya yang telah menurun bahkan kemungkinan dapat tidak memberikan efek sama sekali terhadap hama tanaman yang dituju. 

Oleh sebab itu, penting untuk mencari solusi lain dalam penanganan hama tanaman ini. Salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan agen pengendali hayati atau biasa disebut juga sebagai agen biokontrol dalam mengendalikan pertumbuhan hama tanaman ini. 

Terdapat berbagai jenis agen pengendali hayati yang dapat dimanfaatkan dalam penanganan ini yaitu, jamur entomopatogen seperti Beauveria bassiana dan Metarizium anisopale yang dapat membunuh serangga hama tanaman. 

Selain jamur entomopatogen, juga terdapat bakteri entomopatogen yang memiliki kemampuan membunuh serangga hama tanaman. Salah satu contohnya adalah Bacillus thuringiensis

Bakteri dan jamur merupakan salah satu agen pengendali hayati yang sangat potensial untuk digunakan dalam pemberantasan hama. Hal ini dikarenakan bakteri dan jamur merupakan organisme yang memiliki pertumbuhan sangat cepat, yaitu hanya dalam hitungan jam dan mudah untuk dibiakkan. 

Selain itu kemampuan bakteri dan jamur dalam membasmi serangga juga telah teruji dalam berbagai penelitian. Salah satunya adalah penelitian dari El Katatny et al (2001) menemukan bahwa jamur entomopatogen seperti Trichoderma spp menghasilkan enzim chitinase dan 1,3 glucanase yang dapat menghidrolisis dinding sel jamur patogen lain. 

Selain itu kutikula serangga juga tersusun dari kitin sehingga enzim ini juga dapat merusak kutikula serangga yang akan berpengaruh pada kemampuan serangga hama dalam bertahan hidup dan dapat menyebabkan kematian pada serangga, sedangkan bakteri entomopatogen khususnya Bacillus thuringiensis menurut Bravo et al (2007) telah terbukti memproduksi kristal yang bersifat toksik atau racun yang apabila masuk ke saluran pencernaan serangga akan dapat menyebabkan kematian pada serangga hama tersebut. 

Dari berbagai pemaparan tersebut kita dapat melihat bahwa pemanfaatan bakteri dan jamur merupakan salah satu alternatif yang menjanjikan dalam pengendalian hama tanaman yang  patut untuk dicoba dan dikembangkan lebih lanjut. 

Pemanfaatan jamur dan bakteri ini sekarang tidak terlalu sulit karena berdasarkan pemaparan dari penelitian diatas isolate jamur dan bakteri potensial ini sudah ditemukan dan dibiakkan serta telah dapat disimpan dengan berbagai cara seperti disimpan di medium padat dan cair pada suhu rendah serta juga dapat dengan cara dikeringkan membentuk bubuk sehingga petani tidak perlu lagi mengisolasinya lansung dari alam.

Sebenarnya saat ini sudah banyak orang yang mulai menyadari manfaat dari bakteri dan jamur dalam pemberantasan hama tanaman, sehingga bermunculan beberapa produk komersial bakteri dan jamur sebagai pestisida hayati yang siap diaplikasikan pada tanaman di pasaran, dimana produk ini biasanya dijual di pasaran dalam bentuk kemasan bubuk. 

Pengaplikasian produk ini cukup praktis hanya dengan menambahkan air sesuai takaran dikemasan lalu diaduk rata dan diseprotkan pada tanaman. Hanya saja produk ini masih kalah pamor dibandingkan  berbagai produk pestisida berbahan kimia lainnya yang dijual di pasaran. 

Dari ulasan ini diharapkan para pembaca dapat lebih mengenal tentang pemanfaatan bakteri dan jamur dalam pengendalian hama tanaman yang lebih aman dan ramah lingkungan dibandingkan dengan menggunakan produk pengendali hama berbahan kimia lainnya yang memberikan berbagai efek samping baik bagi kesehatan maupun lingkungan yang marak digunakan pada saat sekarang ini. 

Penulis

Riri Kurnia Ilahi
Mahasiswa S2 Program Studi Biologi, Universitas Andalas, Sumatera Barat. 
×
Berita Terbaru Update