Notification

×

Iklan

Iklan

Peran Mahasiswa Mewujudkan Pendidikan Inklusif Bagi Penyandang Tunarungu di Era Edutech

Sabtu, 28 Mei 2022 | 16:13 WIB Last Updated 2022-05-28T09:13:55Z
pendidikan inklusif bagi penyandang tunarungu
Ilustrasi pendidikan inklusif bagi anak-anak. Foto: UC San Diego Center/Bininta

Indonesia terancam gagal mewujudkan 5 (lima) target SDG’s. Salah satu SDG’s yang terancam gagal terwujud berada pada poin 4 yakni menyediakan pendidikan bermutu secara inklusif dan berkeadilan. Hal tersebut dikarenakan munculnya pandemi yang memaksa adanya peralihan sistem pendidikan konvensional menjadi pendidikan berbasis teknologi atau biasa disebut edutech.

Ditinjau dari segi historis, terdapat tumpang tindih yang dinamis antara penggunaan istilah teknologi pembelajaran (Instructional Technology) dan teknologi pendidikan (Educational Technology/ Edutech).

Beberapa orang lebih memilih istilah Instructional Technology dengan alasan tertentu. Kata pembelajaran (Instructional) dinilai lebih sesuai dengan deskripsi fungsi teknologi.

Selain itu, teknologi pendidikan pada umumnya berimplikasi pada lingkungan sekolah atau lingkungan pendidikan, sehingga istilah tersebut kurang sesuai. Sedangkan, istilah pembelajaran dinilai lebih sesuai karena pembelajaran tidak hanya memadukan lingkungan sekolah akan tetapi juga situasi pelatihan di luar sistem sekolah.

Meski begitu, perihal tersebut masih bisa dimaklumi mengingat pembelajaran merupakan bagian dari proses pendidikan. Begitu juga sebaliknya, pendidikan selalu identik dengan pembelajaran. Sehingga sah saja bila menggunakan kedua istilah tersebut. Akan tetapi, istilah yang lebih dikenal sekarang ini adalah istilah Edutech (Research Interest Group, 2020).

Kemunculan Edutech ini diikuti dengan munculnya tren webinar. Webinar berasal dari dua kata yakni website dan seminar. Webinar sendiri merupakan sebuah aktivitas transfer ilmu dalam bentuk seminar dengan menggunakan media teknologi, internet dan perangkat.

Secara garis besar, webinar dapat diartikan sebagai seminar, workshop, kuliah atau pendidikan dan pelatihan (diklat) yang diadakan secara daring dengan website sebagai platformnya (Zuriyani, 2020). Keberadaan webinar ini memang memudahkan banyak pihak di berbagai bidang. Bahkan Webinar dapat dijadikan sebagai salah satu sumber pendidikan.

Jangkauan webinar yang luas memungkinan seluruh kalangan masyarakat untuk ikut berpartisipasi di dalamnya. Tidak perlu pergi ke luar kota untuk mendapat ilmu baru. Cukup duduk di depan layar dan mendengar saja sudah bisa menambah wawasan.

Namun, webinar dinilai belum inklusif karena tidak bisa memberikan ruang untuk kaum disabilitas, terutama penyandang tunarungu.

Hampir seluruh webinar yang digelar tidak memperhitungkan hak penyandang tunarungu. Umumnya, penyelenggara webinar tidak memperhatikan pentingnya membuat suatu webinar yang dapat diakses oleh penyandang tunarungu.

Padahal, informasi dan isu yang dibahas dalam webinar sangat penting untuk diketahui oleh seluruh kalangan. Menanggapi permasalahan tersebut, akhirnya pemerintah memberikan bantuan untuk penyandang tunarungu berupa alat bantu dengar gratis dan BPJS.

Sayangnya, bantuan tersebut tidak cukup efektif untuk penyandang tunarungu berat. Penyandang tunarungu berat harus mendapat implan koklea. Namun, implan koklea membutuhkan biaya yang cukup tinggi dan melebihi batas bantuan yang disediakan oleh BPJS. Fakta tersebut membuktikan bahwa tidak semua penyandang tunarungu mampu untuk mendengar kembali setelah mendapat bantuan alat bantu dengar.

Permasalahan tersebut memancing keprihatinan berbagai pihak. Salah satunya adalah AIDRAN (Australia-Indonesia Disability Research and Advocacy Network) yang menciptakan panduan webinar daring inklusif.

Dalam panduan tersebut, sudah tertulis secara lengkap dan spesifik terkait tata cara membuat webinar inklusif. Mulai dari tahap penyampaian materi dengan didampingi juru bicara bahasa isyarat hingga proses tanya jawab yang hanya disediakan melalui kolom chat untuk mengantisipasi adanya penyandang tunarungu-wicara.

Namun, panduan ini nampaknya masih belum umum digunakan Untuk itu, diperlukan peran mahasiswa dalam menyebarluaskan informasi terkait tata cara webinar dengan memperhatikan hak penyandang tunarungu.

Berangkat dari permasalahan webinar yang tidak ramah pengguna tunarungu, Mahasiswa sebagai agent of change seharusnya menjadi garda terdepan dalam menanganinya. Peran mahasiswa dalam mewujudkan webinar inklusif untuk penyandang tunarungu adalah sebagai berikut :

Mendobrak Stereotip

Seringkali, penyandang disabilitas mengalami berbagai diskriminasi. Stigma negatif juga melekat cukup kuat pada diri mereka. Dalam hal ini, jelas peran mahasiswa sangat penting untuk mendobrak stereotip negatif yang diberikan oleh masyarakat terhadap penyandang disabilitas.

Mereka hanya memiliki beberapa kekurangan dalam fisik, namun secara intelektualitas, mereka mampu bersaing dengan yang lain. Masyarakat disabilitas justru dinilai memiliki kreatifitas diatas rata-rata orang norma, namun hal tersebut masih jarang diketahui oleh masyarakat umum.

Menyebarluaskan Sistem Webinar Daring Inklusif

Mahasiswa dengan segala pengalamannya tentu dapat dengan mudah menyebarluaskan tata cara webinar daring inklusif melalui berbagai cara.

Tidak hanya melakukan sosialisasi secara langsung, tetapi juga dengan menyebarluaskan informasi tersebut melalui media sosial yang tentunya lebih efektif dalam menjangkau masyarakat luas.

Menjadi Motivator bagi Penyandang Disabilitas

Mahasiswa harus mampu merangkul dan meningkatkan kepercayaan diri penyandang disabilitas. Memberikan kesadaran bahwa mereka tidak berbeda. Hak dan kewajiban penyandang disabilitas sama dengan masyarakat lainnya.

Dengan adanya mahasiswa sebagai agent of change, Indonesia akan mampu untuk bangkit dan berkembang lebih baik lagi. Dimulai dari webinar inklusif, pendidikan Indonesia diharapkan dapat meningkat jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya.

Oleh karena itu, mahasiswa harus konsisten dalam mempertahankan peranannya agar Indonesia menciptakan pendidikan inklusif dan melahirkan generasi muda yang berwawasan luas serta dapat bersaing dengan negara-negara maju lainnya.

pendidikan inklusif penyandang tunarungu alya nurul wahidah

Artikel ini adalah kiriman dari penulis ke Redaksi Bininta.com. Isinya adalah sepenuhnya tanggung jawab penulis.
×
Berita Terbaru Update